Ads here

GOLDEN MOMENT

Posted by Motivasi hidup Monday 13 May 2024 0 komentar
Halo sahabat the motivator selamat siang. 
Ok pada kesempatan kali ini saya akan memberikan sedikit makna hidup tentang arti dari sebuah Golden moment. 
   Apa itu golden moment...?
Buat yang belum tahu , di simak saja cerita singkat berikut ini.

  " Seorang manager yang memiliki gaji 100 juta perbulan tengah berdiri di tepi pantai dan memandang ke arah laut, ketika seorang nelayan merapatkan perahunya. 

Manager itu bertanya :
Berapa lama waktu yang anda habiskan untuk menangkap ikan sebanyak ini?

“Tidak lama, cukup 5 jam,” jawab nelayan.

“Mengapa tidak pergi lebih lama lagi dan menangkap lebih banyak lagi ?”

“Ini sudah cukup buat keluargaku.”

“Apa yang Anda lakukan diluar menangkap ikan?”

“Bermain dengan anak-anakku, tidur siang, makan siang bersama keluargaku, mengantar dan jemput anak ke sekolah, bermain gitar, ngobrol dengan teman-temanku, ya, hidup yang begitu kunikmati.”

“Aku punya ide untuk membantumu,” ujar si manager. 

“Aku lulusan master dari Amerika,Saranku, habiskan waktumu lebih banyak utk menanggkap ikan, beli perahu yang lebih besar, dapat lebih banyak uang, beli lagi beberapa perahu.’

Jangan jual ikan keperantara, jual langsung ke pengolahan sampai Anda memiliki pabrik sendiri. 
Kendalikan produk, distribusi dan produksinya.
Setelah itu anda pindah ke kota besar, kemudian ke luar negeri untuk mengembangkan usaha ini.”

“Menarik,Tapi berapa lama waktu yg dibutuhkan supaya aku bisa seperti itu?” tanya nelayan mulai tertarik.

“Lima belas tahun paling cepat. Dua puluh tahun paling lambat,” jawab si manager. 

“Setelah itu pak, Pak ?”

“Inilah bagian yang paling menarik,
Anda bisa menjual saham perusahaan di bursa dan menghasilkan uang miliaran.”

“Wah, miliaran ya. 
Lalu apa setelah itu Pak?”

“Lalu, Anda bisa istirahat dan pulang ke rumah. 
Pindah ke desa kecil di tepi laut, memancing, bermain dengan anak-anak, tidur siang, makan bersama istri, mengantar anak ke sekolah, bermain gitar serta ngobrol dengan teman2 dekat.

Oooooooh..

kalau TUJUAN AKHIR nya cuma itu, sekarang SAYA SUDAH MENDAPATKAN apa yang SAYA INGINkan, 

Kalau menunggu 20 tahun lagi, anak-anak saya sudah besar,  
jadi gak mungkin lagi saya bermain dan mengantar mereka ke sekolah sahut si nelayan sambil meninggalkan manager yg kebingungan.

Pesan si Nelayan : 
Jangan lewatkan GOLDEN MOMENT bersama ANAK-ANAK & KELUARGAmu. 
Karena HAL INDAH ini TIDAK AKAN TERULANG DUA KALI.....

Ok, itulah sedikit gambaran arti dari golden moment, mulai sekarang nikmati masa-masa indah mu selagi masih ada kesempatan, karena kesempatan baik tidak akan terulang lagi. 

Terimakasih sudah mampir di blog ini. Sampai jumpa di postingan berikutnya.
Buat sahabat yang butuh penghasilan tambahan atau bingung mau usaha apa.
Di bawah ini saya punya rekomendasi menarik yang bisa sahabat jadikan usaha.



Baca Selengkapnya ....

penolakan bukan akhir segalanya

Posted by Motivasi hidup 0 komentar
Hallo guys kembali lagi bersama the motivator . Oke , pada kesempatan kali ini admin akan memberikan sebuah kisah dari sang legenda. 
Siapakah dia.... ???
Hmmmm..... Dari gambar tersebut teman-teman pasti sudah pada mengenalnya. Apakah teman-sudah tahu seperti apa kisah hidupnya sehingga menjadi seperti yang kita tahu saat ini.

Disini admin akan sedikit merangkum kisah perjalanannya , semoga bisa menjadi inspirasi dan motivasi bagi kita semua.

Baik,,,, sesuai dengan judulnya " kegagalan bukan akhir segalanya "

Sylvester Stallone (Rambo) Pernah ditolak Syuting 1500 kali dan Hidup Miskin

Sylvester Stallone dikenal sebagai sallah satu artis atau aktor film asal Amerika. Perjalanannya menjadi seorang aktor film sangat panjang dan berliku. Untuk mencoba menjadi artis figuran, ia bahkan harus ditolak sebagainya 1500 kali sebelum ia sukses menjadi seorang aktor film tersukses. Perannya yang paling dikenal adalah sebagai Rambo.

Biografi Sylvester Stallone, Pernah Hidup Sangat Miskin dan Di Tolak Syuting 1500 Kali

Perjuangannya dalam meraih kesuksesannya bisa di bilang sangat panjang, keras dan penuh perjuangan. Namun berkat semangat, kegigihan serta sikap pantang menyerahnya untuk menjadi aktor film yang menjadi cita-citanya akhirnya takdir dan nasib baik berpihak padanya.

Biografi Sylvester Stallone
Sylvester Gardenzio Stallone dilahirkan di Kota New York City, Amerika Serikat pada tanggal 6 Juli 1946, Ia adalah seorang aktor, sutradara dan penulis naskah film asal Amerika Serikat yang sangat terkenal. Ia mempunyai nama panggilan “Sly”.

Nama tengahnya kadang-kadang dipanggil “Enzio,” ibunya memberikan nama tengah “Gardenzio.” Ia termasuk salah satu legenda besar yang sukses dalam film aksi laga, peran-perannya antara lain dalam serial Rocky dan Rambo. Kedua film itu sukses menjadi film-film yang masuk dalam daftar Film Box Office di Dunia Perfilman Internasional.

Sylvester Stallone ini dilahirkan dari keluarga yang sangat miskin di New York. Ibunya terpaksa melahirkan di tangga pintu sebuah sekolah. Akibat kelahiran yang tak lancar, ia menderita kelainan saraf di bagian mukanya, sisi kanan wajahnya menjadi tidak normal.

Ia juga berbicara gagap, dan ujung bibirnya selalu tertarik ke bawah. Ia kerap diejek sebagai tokoh film kartun kucing di Looney Tunes yang kebetulan mirip namanya. Karena kekurangannya, di usia remaja ia dimasukkan ke sekolah bagi anak yang mempunyai kebutuhan khusus.


Ingin Menjadi Aktor Film
Sylvester Stallone mempunyai mimpi untuk menjadi aktor. Untuk mengejar mimpinya menjadi aktor terkenal, pemuda ini mengikuti audisi kemana-mana. Akan tetapi wajahnya yang “seperti cacat mental” dan gaya bicara yang gagap, serta aktingnya yang terlihat kaku. Hal ini membuat ia selalu ditolak untuk peran apapun yang diinginkannya.

Tetapi ia pantang menyerah, anda akan kaget mengetahui berapa kali ia ditolak agen di New York. Ia di tolak sebanyak 1500 kali, bahkan jumlah seluruh agen film di New York tidak sebanyak itu. Artinya, beberapa agen sudah menolaknya berkali-kali.

Setelah gagal audisi dimana-mana, akhirnya ia nekat. Untuk mendapatkan peran pertamanya ia terpaksa ngotot. Ia datang ke sebuah agency pukul 04.00 sore. Tetapi agen film yang didatangi menolak untuk bertemu dengannya. Keesokan paginya ketika sang agen datang ke kantor ia menemukan si pemuda tetap menunggu.

Ia menunggu semalaman. Akhirnya agen tersebut tak tega dan memberinya kesempatan. Walaupun ia hanya muncul selama beberapa menit sebagai figuran, ini sudah merupakan trobosan baginya. Setidaknya memberi nilai tambah bahwa ia pernah main film. Ia pikir jalannya akan lebih mudah.

Tapi ternyata karirnya tidak beranjak. Sylvester Stallone menemui kegagalan demi kegagalan berikutnya untuk mendapatkan peran lain. Ia bahkan pernah mengambil peran dalam filim semi-porno dengan bayaran rendah US$ 200 untuk 2 hari shooting. Setelah itupun karirnya tidak beranjak.

Hidup Miskin
Sylvester Stallone tidak bisa membayar alat pemanas kamar ketika suhu sangat dingin di New York. Ia terpaksa keperpustakaan membaca, sekedar untuk mendapat suhu yang hangat. Dari buku yang dibaca di perpustakaan ia akhirnya mendapat ide untuk menulis naskah film. Ia berhasil menjual satu naskah film senilai US$ 100.

Hidupnya tak kunjung membaik. Istrinya mulai tak tahan dengan obsesinya. Istrinya selalu bilang cari pekerjaan sungguhan yang tidak ada hubungannya dengan akting, tapi ia tetap bersikeras tidak ingin mengubur impiannya di dunia akting.

Hidupnya makin sulit, Sylvester Stallone terpaksa menjual perhiasan istrinya. Pada titik terndah dalam hidupnya ia terpaksa menjual anjing kesayangan bernama Timmy. Ia berusaha keras selama berbulan-bulan sampai satu hari ia sama sekali tidak punya uang.

Timmy sangat dekat dengannya, seperti sahabat, dengan terpaksa ia menjual anjingnya hanya dengan harga US$ 25 untuk bisa menyambung hidupnya, karena sudah betul-betul bangkrut, sampai tidak bisa makan. Saat itu ia menangis.

Menulis Naskah Film Rocky
Dalam kegalauan ia menonton sebuah pertandingan tinju antara Mohammad Ali dan Chuck Webner, seorang petinju lemah yang menurut ramalah banyak orang akan dapat dirobohkan selama 3 ronde. Ternyata Webner mempunyai kemantapan dan kekerasan hati.

Ia dapat menyelesaikan total 15 ronde melawan Ali karena tak mau menyerah. Pemudah itu sangat terinspirasi dengan tontonan tersebut dan muncul sebuah visi tentang sebuah film yang akan ia tulis naskanya.

Malam hari itu juga Sylvester Stallone menulis dan menulis selama 3 hari tanpa berhenti, hingga naskah filmnya selesai. Ia sangat gembira dengan naskah tersebut, akarena dalam pikirrannya ia tahu bahwa naskah cerita tersebut akan menjadi sebuah film yang mengubah hidup dan nasibnya. Tangannya sampai bergetar saat memandangi naskah itu.

Menjadi Aktor Terkenal
Lalu untuk mengajukan tulisannya kepada para produser film. Namun tidak ada yang memberi tanggapan serius atas naskah cerita tersebut. Tetapi ia tak pernah berhenti berusaha. Ia menawarkan naskah ceritanya dan di tolak lebih dari ratusan kali kepada semua produser dan studio film.

Sampai suatu hari, ada sebuah studio yang berani membeli naskahnya senilai US$ 20.000 dengan syarat tokoh utamanya dibitangi oleh Ryan O’Neal dan Brut Reynolds. Sylvester Stallone senang sekali mendapat penawaran itu, akan tetapi ntotot ingin tetap membintangi sendiri film tersebut.

Lalu ia menawarkan diri bermain Cuma-Cuma. Sang sutradara menolak. Walaupun sesungguhnya sangat membutuhkan uang, ia bersikeras menolak menjual naskah tersebut kecuali jika ia bisa menjadi bintangnya. Sang produser terus menaikkan tawarannya $80.000, $125.000, $250.000 sampai $325.000.

Tetapi Sylvester Stallone bersikeras tidak akan mau menjual naskah filmnya kecuali ia berperan menjadi tokoh utamanya. Ia berjanji akan bermain bagus.

Akhirnya produser setuju dan menjadikan Sylvester Stallone tokoh utama dalam film tersebut, namun hanya dengan bayaran $20.000 untuk naskah cerita ditambah $340 perminggu sesuai upah minimal seorang aktor. Setelah dipotong biaya-biaya, komisi agen, dan pajak, ia hanya mendapat penghasilan bersih $6.000 bukannya $325.000

Ini adalah kisah sylvester stallone atau bisa disingkat “sly”. Sly sadar, setelah 1500 kali penolakan, naskah film Rocky yang dibuatnya mungkin satu satunya pintu gerbang untuk menjadi peran utama, karena itu ia tidak mau melepas peran Rokcy untuk orang lain.

Sekalipun ber-budget rendah US$1.000.000 dan dibintangi aktor tidak terkenal saat itu, yaitu Sylvester Stallone sendiri, film ini meledak di pasaran dan menghasilkan uang senilai US$ 200.000.000 atau 200 kali lipat

Dari film Rocky yang dibintanginya, Sylvester Stallone dinominasikan meraih Academi Award sebagai aktor terbaik. Film tersebut memenangkan tiga Oscar untuk film terbaik, sutradara terbaik dan skenario film terbaik.

Setelah Rocky (Rocky Balboa), kesuksesan terus mengiringinya selama beberapa dekade ke depan. Ia kembali sukses menjadi ikon action movie dalam karakter Rambo. Pemuda keturunan itali ini menjadi ikom machismo (kejantanan) dalam film action Holywood.

Ia menjadi aktor pencetak box office terbesar didunia sepanjang tahun 1970 sampai 1990. Serial Rocky (Rocky 1-5) dan Rambo (1-4) meraih hampir US$1 miliar, dan menjadikan Stallone seoarng bintang film internasional termahal.

Apa yang dicapainya kini merupakan buah keteguhannya mempertahankan mimpi untuk menjadi bintang film. Seandainya ia merelakan naskah Rocky dibintangi orang lain mungkin ia mendapat US$325.000 untuk naskahnya tapi ia kehilangan peluang, yang mungkin satu-satunya, untuk menjadi bintang utama.

Tentang penolakan yang dialaminya ia berkata :

….saya anggap penolakan seperti orang meniupkan terompet di telinga untuk membangunkan kita bukan untuk mundur.

Setelah menonton serial film Rocky, saya pun jadi teringat kata-kata terakhir yang di ucapkan sang aktor di episode terakhirnya " if i can change, you can change , everyone can change (jika saya bisa berubah , kalian juga bisa berubah , dan semua orang pasti bisa berubah)"

Terimakasih sudah mampir di blog ini, sampai jumpa di postingan berikutnya. 

Baca Selengkapnya ....

Cerita pendek Cara mendidik anak

Posted by Motivasi hidup Thursday 9 May 2024 0 komentar


Cerita pendek
Cara mendidik anak

Mohon di baca sampai habis semoga bermanfaat...*Sangat menginspirasi untuk para orang tua*
*“Goblok kamu ya…”* Kata Suamiku sambil melemparkan buku rapor sekolah Doni.
Kulihat suamiku berdiri dari tempat duduknya dan kemudian dia menarik kuping Doni dengan keras.
Doni meringis.
Tak berapa lama Suamiku pergi kekamar dan keluar kembali membawa penepuk nyamuk.
*Dengan garang suamiku memukul Doni berkali kali dengan penepuk nyamuk itu*
Penepuk nyamuk itu diarahkan kekaki, kemudian ke punggung dan terus , terus.
Doni menangis “ Ampun, ....ayah..ampun ayah..” Katanya dengan suara terisak isak. Wajahnya memancarkan rasa takut. Dia tidak meraung.
Doni tegar dengan siksaan itu.
Tapi matanya memandangku.
Dia membutuhkan perlindunganku. Tapi aku tak sanggup karena aku tahu betul sifat suamiku.
“Lihat adik adikmu.
Mereka semua pintar pintar sekolah. Mereka rajin belajar.
Ini kamu anak tertua malah malas dan tolol,,
Mau jadi apa kamu nanti ?
Mau jadi beban adik adik kamu ya…he “ Kata suamiku dengan suara terengah engah kelelahan memukul Doni.
Suamiku terduduk dikorsi.
*Matanya kosong memandang kearah Doni dan kemudian melirik kearah ku*
“ Kamu ajarin dia.
Aku tidak mau lagi lihat lapor sekolahnya buruk.
*"Dengar itu..!!!“*
Kata suamiku kepadaku sambil berdiri dan masuk kekamar tidur.
Kupeluk Doni.
Matanya memudar.
Aku tahu dengan nilai lapor buruk dan tidak naik kelas saja dia sudah malu apalagi di maki maki dan dimarahi didepan adik adiknya.
Dia malu sebagai anak tertua. Kembali matanya memandangku. Kulihat dia butuh dukunganku. Kupeluk Doni dengan erat “ Anak bunda, tidak tolol" Anak bunda pintar kok. Besok ya rajin ya belajarnya”
“ Doni udah belajar sungguh sungguh, bunda, Bunda kan lihat sendiri.
Tapi Doni memang engga pintar seperti Ruli dan Rini.
Kenapa ya Bunda” Wajah lugunya membuatku terenyuh.. *Aku menangis “ Doni, pintar kok* Doni kan anak ayah. Ayah Doni pintar tentu Doni juga pintar. “
“ Doni bukan anak ayah.”
Katanya dengan mata tertunduk *“ Doni telah mengecewakan Ayah, ya bunda “*
Malamnya , adiknya Ruli yang sekamar dengannya membangunkan kami karena ketakutan melihat Doni mengigau terus.
Aku dan suamiku berhamburan kekamar Doni.
Kurasakan badannya panas.
*Kupeluk Doni dengan sekuat jiwaku untuk menenangkannya*
Matanya melotot kearah kosong. Kurasakan badannya panas.
*Segera kukompres kepalanya dan suamiku segera menghubungi dokter keluarga*
Doni tak lepas dari pelukanku “ Anak bunda, buah hati bunda, kenapa sayang. Ini bunda,..” Kataku sambil terus membelai kepalanya.
Tak berapa lama matanya mulai redup dan terkulai.
Dia mulai sadar. Doni membalas pelukanku. ‘ *Bunda, temani Doni tidur ya."* Katanya sayup sayup.
Suamiku hanya menghelap nafas. Aku tahu suamiku merasa bersalah karena kejadian siang tadi.
Doni adalah putra tertua kami.
*Dia lahir memang ketika keadaan keluarga kami sadang sulit*
Suamiku ketika itu masih kuliah dan bekerja serabutan untuk membiayai kuliah dan rumah tangga.
Ketika itulah aku hamil Doni.
Mungkin karena kurang gizi selama kehamilan tidak membuat janinku tumbuh dengan sempurna. *Kemudian , ketika Doni lahir kehidupan kami masih sangat sederhana* Masa balita Doni pun tidak sebaik anak anak lain.
Diapun kurang gizi.
Tapi ketika usianya dua tahun, kehidupan kami mulai membaik seiring usainya kuliah suamiku dan mendapatkan karir yang bagus di BUMN.
Setelah itu aku kembali hamil dan Ruli lahir, juga laki laki
dan dua tahu setelah itu, Rini lahir, adik perempuannya.
Kedua putra putriku yang lahir setelah Doni mendapatkan lingkungan yang baik dan gizi yang baik pula.
Makanya mereka disekolah pintar pintar.
Makanya aku tahu betul bahwa kemajuan generasi ditentukan oleh ketersediaan gizi yang cukup dan lingkungan yang baik.
Tapi keadaan ini tidak pernah mau diterima oleh Suamiku.
Dia punya standard yang tinggi terhadap anak anaknya.
Dia ingin semua anaknya seperti dia. Pintar dan cerdas.
“ Masalah Doni bukannya dia tolol, Tapi dia malas. Itu saja. “ Kata suamiku berkali kali.
Seakan dia ingin menepis tesis tentang ketersediaan gizi sebagai pendukung anak jadi cerdas.
*“ Aku ini dari keluarga miskin* *Manapula aku ada gizi cukup.*
*Mana pula orang tuaku ngerti soal gizi.* Tapi nyatanya aku berhasil.
“ Aku tak bisa berkata banyak untuk mempertahankan tesisku itu.
Seminggu setelah itu, suamiku memutuskan untuk mengirim Doni kepesantren. AKu tersentak.?!!!!??
*“ Apa alasan Mas mengirim Doni ke Pondok Pesantren “*
“ Biar dia bisa dididik dengan benar”
*“ Apakah dirumah dia tidak mendapatkan itu”*
“ Ini sudah keputusanku, Titik.
*“ Tapi kenapa , Mas” AKu berusaha ingin tahu alasan dibalik itu.*
Suamiku hanya diam.
Aku tahu alasannya.
Dia tidak ingin ada pengaruh buruk kepada kedua putra putri kami.
Dia malu dengan tidak naik kelasnya Doni.
Suamiku ingin memisahkan Doni dari adik adiknya agar jelas mana yang bisa diandalkannya dan mana yang harus dibuangnya.
Mungkinkah itu alasannya. *Bagaimanapun , bagiku* *Doni akan tetap putraku*
*dan aku akan selalu ada untuknya* Aku tak berdaya.
Suamiku terlalu pintar bila diajak berdebat.
Ketika Doni mengetahui dia akan dikirim ke Pondok Pesantren, dia memandangku.
Dia nampak bingung.
*Dia terlalu dekat denganku dan tak ingin berpisah dariku.*
*Dia peluk aku “ Doni engga mau jauh jauh dari bunda” Katanya.*
Tapi seketika itu juga suamiku membentaknya “ Kamu ini laki laki. TIdak boleh cengeng.
Tidak boleh hidup dibawah ketika ibumu. Ngerti. ...!!!!
Kamu harus ikut kata Ayah.
*Besok Ayah akan urus kepindahan kamu ke Pondok Pesantren. “*
Setelah Doni berada di Pondok Pesantren setiap hari aku merindukan buah hatiku.
Tapi suamiku nampak tidak peduli. “ Kamu tidak boleh mengunjunginya di pondok.
Dia harus diajarkan mandiri.
Tunggu saja kalau liburan dia akan pulang” Kata suamiku tegas seakan membaca kerinduanku untuk mengunjungi Doni.
Tak terasa Doni kini sudah kelas 3 Madrasah Aliyah atau setingkat SMU. Ruli kelas 1 SMU
dan Rini kelas 2 SLP.
*Suamiku tidak pernah bertanya soal Raport sekolahnya*
Tapi aku tahu raport sekolahnya tak begitu bagus tapi juga tidak begitu buruk.
Bila liburan Doni pulang kerumah, Doni lebih banyak diam.
Dia makan tak pernah berlebihan dan tak pernah bersuara selagi makan sementara adiknya bercerita banyak soal disekolah dan suamiku menanggapi dengan tangkas untuk mencerahkan.
Walau dia satu kamar dengan adiknya namun kamar itu selalu dibersihkannya setelah bangun tidur. *Tengah malam dia bangun dan sholat tahajud dan berzikir sampai sholat subuh*
Ku perhatikan tahun demi tahun perubahan Doni setelah mondok.
Dia berubah dan berbeda dengan adik adiknya.
Dia sangat mandiri dan hemat berbicara.
*Setiap hendak pergi keluar rumah,*
*dia selalu mencium tanganku dan setelah itu memelukku*
Beda sekali dengan adik adiknya yang serba cuek dengan gaya hidup modern didikan suamiku.
Setamat Madrasa Aliyah, Doni kembali tinggal dirumah.
Suamiku tidak menyuruhnya melanjutkan ke Universitas.
“ Nilai rapor dan kemampuannya tak bisa masuk universitas.
Sudahlah.
Aku tidak bisa mikir soal masa depan dia. Kalau dipaksa juga masuk universitas akan menambah beban mentalnya. “
Demikian alasan suamiku.
Aku dapat memaklumi itu.
*Namun suamiku tak pernah berpikir apa yang harus diperbuat Doni setelah lulus dari pondok*
Donipun tidak pernah bertanya.
Dia hanya menanti dengan sabar.
Selama setahun setelah Doni tamat dari mondok, waktunya lebih banyak di habiskan di Masjid. Dia terpilih sebagai ketua Remaja Islam Masjid. *Doni tidak memilih Masjid yang berada di komplek kami tapi dia memilih masjid diperkampungan yang berada dibelakang komplek.* Mungkin karena inilah suamiku semakin kesal dengan Doni karena dia bergaul dengan orang kebanyakan.
Suamiku sangat menjaga reputasinya dan tak ingin sedikitpun tercemar. Mungkin karena dia malu dengan cemoohan dari tetangga maka dia kadang marah tanpa alasan yang jelas kepada Doni.
Tapi Doni tetap diam.
Tak sedikitpun dia membela diri.
*Suatu hari yang tak pernah kulupakan adalah ketika polisi datang kerumahku*
Polisi mencurigai Doni dan teman temannya mencuri di rumah yang ada di komplek kami.
Aku tersentak.
Benarkah itu.
*Doni sujud dikaki ku sambil berkata “ Doni tidak mencuri , Bunda.*
TIdak, Bunda percayakan dengan Doni.
Kami memang sering menghabiskan malam di masjid tapi tidak pernah keluar untuk mencuri.”
Aku meraung ketika Doni dibawa kekantor polisi.
Suamiku dengan segala daya dan upaya membela Doni.
Alhamdulilah Doni dan teman temannya terbebaskan dari tuntutan itu. Karena memang tidak ada bukti sama sekali.
Mungkin ini akibat kekesalan penghuni komplek oleh ulah Doni dan kawan kawan yang selalu berzikir dimalam hari dan menggangu ketenangan tidur.
Tapi akibat kejadian itu , suamiku mengusir Doni dari rumah.
Doni tidak protes.
Dia hanya diam dan menerima keputusan itu.
*Sebelum pergi dia rangkul aku” Bunda , Maafkanku.*
Doni belum bisa berbuat apapun untuk membahagiakan bunda dan Ayah.
*Maafkan Doni “* Pesannya.
*Diapun memandang adiknya satu satu.* *Dia peluk mereka satu persatu “ Jaga bunda ya.*
*Mulailah sholat dan jangan tinggalkan sholat. Kalian sudah besar .” demikian pesan Doni*.
*Suamiku nampak tegar dengan sikapnya untuk mengusir Doni dari rumah.*
*“ Mas, Dimana Doni akan tinggal. “ Kataku dengan batas kekuatan terakhirku membela Doni.*
*“ Itu bukan urusanku. Dia sudah dewasa. Dia harus belajar bertanggung jawab dengan hidupnya sendiri.*


***
Tak terasa sudah enam tahun Doni pergi dari Rumah.
Setiap bulan dia selalu mengirim surat kepadaku.
Dari suratnya kutahu Doni berpindah pindah kota.
*Pernah di Bandung, Jakarta, Surabaya dan tiga tahun lalu dia berangkat ke Luar negeri.*
*Bila membayangkan masa kanak kanaknya kadang aku menangis.*
Aku merindukan putra sulungku. *Setiap hari kami menikmati fasilitas hidup yang berkecukupan.*
Ruli kuliah dengan kendaraan bagus dan ATM yang berisi penuh.
Rinipun sama.
Karir suamiku semakin tinggi. Lingkungan sosial kami semakin berkelas.
Tapi, satu putra kami pergi dari kami. Entah bagaimana kehidupannya. Apakah dia lapar.
*Apakah dia kebasahan ketika hujan karena tidak ada tempat bernaung.* Namun dari surat Doni , aku tahu dia baik baik saja.
Dia selalu menitipkan pesan kepada kami, “ Jangan tinggalkan sholat.
*Dekatlah kepada Allah maka Allah akan menjaga kita siang dan malam. “*
***
Prahara datang kepada keluarga kami. *Suamiku tersangkut kasus Korupsi.*
Selama proses pemeriksaan itu suamiku tidak dibenarkan masuk kantor. Dia dinonaktifkan.
Selama proses itupula suamiku nampak murung.
Kesehatannya mulai terganggu. Suamiku mengidap hipertensi.
Dan puncaknya , adalah ketika Polisi menjemput suamiku di rumah. Suamiku terbukti melakukan tindak pidana korupsi.
*Rumah dan semua harta yang selama ini dikumpulkan disita oleh negara* Media massa memberitakan itu setiap hari.
Reputasi yang selalu dijaga oleh suamiku selama ini ternyata dengan mudah hancur berkeping keping. Harta yang dikumpul, sirna seketika. Kami sekeluarga menjadi pesakitan. Ruli malas untuk terus keliah karena malu dengan teman temannya.
Rini juga sama yang tak ingin terus kuliah.
Kini suamiku dipenjara dan anak anak jadi bebanku dirumah kontrakan.
Ya walau mereka sudah dewasa namun mereka menjadi bebanku. Mereka tak mampu untuk menolongku.
Baru kutahu bahwa selama ini kemanjaan yang diberikan oleh suamiku telah membuat mereka lemah untuk survival dengan segala kekurangan.
Maka jadilah mereka bebanku ditengah prahara kehidupan kami.
Pada saat inilah aku sangat merindukan putra sulungku.
*Ditengah aku sangat merindukan itulah aku melihat sosok pria gagah berdiri didepan pintu rumah.*
Doniku ada didepanku dengan senyuman khasnya.
Dia menghambur kedalam pelukanku. “ *Maafkan aku bunda, Aku baru sempat datang sekarang sejak aku mendapat surat dari bunda tentang keadaan ayah. “* katanya.
Dari wajahnya kutahu dia sangat merindukanku.
Rini dan Ruli juga segera memeluk Doni.
Mereka juga merindukan kakaknya. Hari itu, kami berempat saling berpelukan untuk meyakinkan kami akan selalu bersama sama.
Kehadiran Doni dirumah telah membuat suasana menjadi lain. Dengan bekal tabungannya selama bekerja diluar negeri, Doni membuka usaha percetakan dan reklame.
Aku tahu betul sedari kecil dia suka sekali menggambar namun hobi ini selalu di cemoohkan oleh ayahnya. Doni mengambil alih peran ayahnya untuk melindungi kami.
Tak lebih setahun setelah itu, Ruli kembali kuliah dan tak pernah meninggalkan sholat dan juga Rini. *Setiap maghrib dan subuh Doni menjadi imam kami sholat berjamaah dirumah*
Seusai sholat berjamaah Doni tak lupa duduk bersila dihadapan kami dan berbicara dengan bahasa yang sangat halus , beda sekali dengan gaya ayahnya
*" Manusia tidak dituntut untuk terhormat dihadapan manusia tapi dihadapan Allah. Harta dunia, pangkat dan jabatan tidak bisa dijadikan tolok ukur kehormatan. Kita harus berjalan dengan cara yang benar dan itulah kunci meraih kebahagiaan dunia maupun akhirat. Itulah yang harus kita perjuangkan dalam hidup agar mendapatkan kemuliaan disisi Allah. Dekatlah kepada Allah maka Allah akan menjaga kita. Apakah ada yang lebih hebat menjaga kita didunia ini dibandingkan dengan Allah. “*
*“ Apa yang menimpa keluarga kita sekarang bukanlan azab dari Allah*
Ini karena Allah cinta kepada Ayah. Allah cinta kepada kita semua karena kita semua punya peran hingga membuat ayah terpuruk dalam perbuatan dosa sebagai koruptor. Allah sedang berdialog dengan kita tentang sabar dan ikhlas, tentang hakikat kehidupan, tentang hakikat kehormatan.
Kita harus mengambil hikmah dari ini semua untuk kembali kepada Allah dalam sesal dan taubat.
*Agar bila besok ajal menjemput kita, tak ada lagi yang harus disesalkan, Karna kita sudah sangat siap untuk pulang keharibaan Allah dengan bersih. “*
*Seusai Doni berbicara , aku selalu menangis*
*Doni yang tidak pintar sekolah, tapi Allah mengajarinya untuk mengetahui rahasia terdalam tentang kehidupan dan dia mendapatkan itu untuk menjadi pelindung kami dan menuntun kami dalam taubah*
*Ini jugalah yang mempengaruhi sikap suamiku dipenjara*
Kesehatannya membaik.
Darah tingginya tak lagi sering naik. Dia ikhlas dan sabar , dan tentu karena dia semakin dekat kepada Allah.
*Tak pernah tinggal sholat sekalipun. Zikir dan linangan airmata sesal akan dosanya telah membuat jiwanya tentram. Mahasuci Allah*
*Sahabatku terdapat beberapa pesan moral dlm cerita itu antara lain* :
*1).Jangan memaksakan kemampuan anak*
*2).Jangan merendahkan kemampuan anak*
*3).Kesuksesan bukan hanya diukur dari kemampuan akademik/nilai raport*
*4).Anak yg kelihatannya "terbelakang" belum tentu gagal*
*5). Kasih sayang yg kita berikan kpd semua anak harus adil sesuai dng porsinya*
*6).Jangan hanya memikirikan uang yg banyak tetapi tidak halal..*
*Semoga bermanfaat buat sahabat semua dan Allah jadikan kita semua dan keluarga kita menjadi hamba yg di rahmati, di Ridhoi, di Berkahi jg di bebaskan dari siksa api neraka...*
Dari Hamba Allah Yang HINA
*Aamiin...*


Baca Selengkapnya ....

CUKUP JADI RAHASIA AYAH

Posted by Motivasi hidup Wednesday 1 May 2024 0 komentar


(RENUNGAN)

CUKUP JADI RAHASIA AYAH

Tidak semua Ayah pandai menceritakan kejadian di tempatnya bekerja. Perihnya dampratan atasan, keributan yang terjadi dengan rekan kerja, fitnah dari koleganya, atau sekadar gesekan kecil antar mitra kerja yang kadang menimbulkan percikan emosi. 

Tidak sedikit Ayah yang gagap untuk memulai kata, memilih bahasa untuk bisa menyampaikannya dengan tenang. Masalah yang dialaminya di jalan, tentang motornya yang bersenggolan dengan kendaraan lain, panasnya terik yang menyengat sampai ke ubun-ubun, riuhnya macet jalan raya hingga mengeringkan tenggorokan. Belum lagi soal kereta mogok berjam-jam.  

Sehingga menunda waktu tiba di rumah, hingga pupus rencana bermain bersama anak-anak yang sudah terlelap, martabak bawaan tak lagi hangat, bahkan semua kejadian di kantor, di jalan, di kereta, di bis, ikutan dingin untuk diceritakan.  

Ayah, tak jarang ia simpan sendiri semua kisah. Sebagian Ayah memang berniat menceritakannya ke istri sesampainya di rumah. Sebagian yang lain baru sempat kirim pesan singkat, “bu, Ayah mau cerita...” namun lama sang istri membalasnya. Kelamaan, jadi lupa, dan tak lagi semangat bercerita. Boleh jadi, istrinya pun sedang sibuk dengan tumpukan setrikaan.  

Sebagian Ayah, justru memang sengaja tak berniat sedikit pun menceritakan seburuk apa pun kejadian yang dialaminya di kantor, di jalan atau di mana saja. Bukan, bukan karena ia tak percaya istrinya, tetapi karena ia hanya ingin selalu membawa kabar positif pulang ke rumah. Tak jarang ia mampir dulu ke kedai kopi sebelum di rumah, sebagian lain memilih menumpahkan keluh kesahnya di masjid dekat rumah, atau menghisap dalam2 sebatang rokok yang mulai kembali dinikmati, bukan untuk menunda pulang, tetapi untuk menenangkan batinnya, agar tak meluap emosi di rumah. Oya, beberapa Ayah sering kali mengusap-usap atau merapikan struktur wajahnya sebelum mengetuk pintu, agar hanya wajah ceria yang disambut istri dan anak-anaknya.  

Ada yang istrinya sanggup menangkap rahasia yang dibalik senyum suaminya, “Abang kok murung, cerita dong...” berkelebat segala baku hantam di jalan akibat senggolan motor, juga makian atasan di kantor, tetapi justru dijawab dengan senyum yang kadang dipaksakan, “nggak kok, nggak ada apa-apa...” sambil bergumam, biarlah jadi rahasia Ayah.  

Ada pula yang istrinya justru tidak peka. Mulai dari pesan singkat yang lupa dijawab, sampai suaminya harus telepon, “sudah baca WA ayah?” Pastinya belum, “Ya sudahlah, nggak apa-apa...” lagi-lagi, akhirnya tetap jadi rahasia Ayah. Padahal, si Ayah mau cerita soal kerlingan perempuan lain yang baru saja bikin deg-degan. Sengaja mau cerita agar tak jadi rahasia, agar istrinya terus membentenginya.  

Beberapa Ayah cukup sadar untuk menahan diri, sedikit sabar untuk menunggu gilirannya bercerita. Sebab, begitu di rumah ia sudah diberondong dengan berbagai kisah yang tak kalah serunya. Tentang uang belanja yang menipis, pulsa listrik yang sudah nut nut nut, bayaran sekolah anak yang harus dilunasi, cicilan rumah yang tertunggak, hutang ke warung di ujung gang, atau pun cerita-cerita seru anak-anak di sekolah mereka... kapan giliran Ayah? 

Ayah yang lain, begitu bersemangat untuk segera sampai di rumah karena ia tahu istrinya selalu senang diajak diskusi tentang apa pun, sampai soal remeh temeh macam sendal jepitnya yang kerap berpindah ke kolong meja rekan kerjanya. Eh, setibanya di rumah, istri cantiknya sudah terlelap di depan televisi, nggak tega untuk membangunkannya dari mimpi selepas nonton drama Korea. Diambilnya selimut dari kamar lalu didekap sang istri dengannya.

Sebagian istri, mungkin tak cukup pandai menyediakan hati dan telinganya untuk menampung semua cerita sang suami. Sebagian lainnya, mungkin juga tak siap bekal untuk mengimbangi dan memberi saran, masukan atas semua persoalan suaminya. Syukur, masih ada kalimat pamungkas, “Sabar ya yah...” sambil usap-usap pundak, atau kecup-kecup mesra. Memang, sebagian masalah sepertinya bisa selesai -setidaknya lupa- kalau istri sudah terlihat manja di pembaringan. Aih...  

Harus dibatasi bahasan ini, sama sekali tak ingin menyinggung sesuatu yang negatif dari semua yang masuk dalam rahasia Ayah. Mari kita bicara yang positif, yang negatif urusan di lapak sebelah saja.  

Lebih dari itu, sebagian Ayah tetap merahasiakan segala yang tak perlu menjadi beban pikiran istrinya. Ia tahu betul, peran istri di rumah tak kalah rumitnya. Tak ingin ia menambahnya, meski sang istri ikhlas. Semua tagihan yang harus dibayar, yang perlu dibeli, yang harus diselesaikan terjawab dengan satu kalimat, “Tenang, Ayah akan bereskan semuanya...” 

Gampang Banget! Main Game bisa Cairkan Uang Gratis Minimal Rp 150 Ribu, "BACA CARANYA DISINI"

“Everything is OK!”, “Insya Allah akan ada jalan” adalah kalimat sakti peneguh jiwa, meskipun otaknya berputar untuk mencari pinjaman ke siapa lagi, padahal hutang yang kemarin pun belum lunas. Ini juga kerap jadi rahasia Ayah. 

Sayangnya, sebagian Ayah ada yang memilih jalan pintas, mengambil hak orang lain, merekayasa anggaran kantor, demi menuntaskan semua masalahnya. Nyatanya, tak pernah selesai masalahnya, justru bertambah.  

Di tengah malam, ada sebagian Ayah yang mengadukan segala keluhnya, semua masalah yang tak pernah menjadi rahasia bagi Sang Pemilik Semesta. Baginya, langit tempat terbaik menyimpan rahasia. Air wudhu bercampur air mata adalah versi ketika hatinya semakin dekat denganNya. Yakin akan pertolongan ... aamiin.

Ayah, kerap dianggap sosok misterius, tak terduga. Ia menyimpan banyak misteri dalam hidupnya, tak sedikit hal yang justru istri dan anak-anaknya belum tahu. Beberapa rahasia Ayah bahkan baru terbuka di hari ia menutup mata selamanya, sebagian rahasia lainnya ikut terkubur bersama jasadnya. 

Dan tetap menjadi rahasia Ayah.

Ayah adalah Ayah.., it's always like that.






Baca Selengkapnya ....

THE ANGELS PAY RESPECT

Posted by Motivasi hidup Tuesday 30 April 2024 0 komentar


THE ANGELS PAY RESPECT 

We know that angels are the most obedient creatures and do not disobey Allah. However, angels have great respect for people who study religious knowledge. 

In the hadith from Abu Ad-Darda' radhiyallahu 'anhu it is stated, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam said, 

وَإِنَّ الْمَلاَئِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ ال ْعِلْمِ

 "Indeed, angels spread their wings as a sign of approval for the seeker of knowledge." (HR. Abu Daud, no. 3641; Ibnu Majah, no. 223. Shaykh Al Albani said that this hadith is authentic).

 According to the scholars, the meaning of this hadith is that the angels humble themselves before the seeker of knowledge and respect him. There are also scholars who say that what is meant is that angels pray for students of knowledge because spreading their wings is the same as spreading their hands to pray.

 Because bird wings are like hands to us. 

See the discussion of Abul 'Abbas Al-Qurthubi in Al-Mufhim Ashkala min Talkhis Buku Muslim. Ibnul Qayyim also explains in Miftah Dar As-Sa'adah (1: 63) that angels lay down their wings as a form of humbling themselves to the students of knowledge and as a form of respect and glorification because the students of knowledge have carried the legacy of the prophet.

 From this we can conclude what the glory and position of a scholar of (religious) knowledge is before the angels. Here it also teaches us to respect everyone who studies religious knowledge, such as memorizers of the Koran, students of Nabawi hadith, and those who study other religious knowledge.




Baca Selengkapnya ....

Ads here

Buat Email | Copyright of THE MOTIVATOR.